I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penduduk masyarakat wajo sebahagian besar terdiri dari petani lahan basah dan petani lahan kering. Pemanfaatan lahan persawahan seluas 86.000 ha, perkebunan, dan kehutanan sangat ditentukan oleh ketersediaan air hujan. Musim hujan kadangkala menimbulkan banjir yang menggagalkan panen persawahan, sedangkan musim kemarau menyebabkan hamparan lahan yang luas menjadi terlantar tanpa ditanami karena tidak tersedia air.
Selain itu pada musim hujan, air hujan menjadi bencana berupa erosi dan banjir yang menyebabkan pendangkalan Danau Tempe dan Danau kecil lainnya serta sungai yangdilalui. Untuk mengatasi hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Wajo menggalakkan pembangunan kantong air, dengan istilah pembangunan sejuta kantong air.
Pembangunan sejuta kantong air dimaksudkan sebagai upaya untuk menampung air, baik air hujan maupun aliran permukaan dan air sungai atau air dalam melalui bantuan pompa. Menampung air hujan tentunya mengurangi aliran permukaan dan memperbanyak resapan air tanah. Volume daya tampung kantong air bervariasi dari ukuran kecil (lubang resapan biopori), ukuran sedang (embung, umben (teppo), kalobeng dan situ) dan ukuran besar (dam penahan, dam pengendali, cekdam dan danau). Sumber air tampungan dapat berasal dari air hujan seperti Dam, lobang resapan biopori, air sungai dengan pompa seperti kalobeng atau situ serta air dalam dengan pompa.
Pembangunan kantong air ini diprioritaskan pada catchment area Danau Tempe sebagai upaya penyelamatan air utamanya masalah pendangkalan Danau Tempe dan daerah persawahan tadah hujan sebagai bantuan pengairan. Selain itu dengan adanya pembangunan kantong air, maka diharapkan akan timbul kehidupan baru berupa pertumbuhan vegetasi, persediaan air minum baik untuk keperluan rumah tangga maupun untuk ternak. Pemerintah Kabupaten Wajo berkeyakinan bahwa pembangunan sejuta kantong air, sangat mendukung kesuksesan Sulsel Go Green, Surplus beras dua juta ton, satu juta setengah ton jagung dan sejuta ternak.
Namun diakui pembangunan kantong air saat ini terkendala kurangnya anggaran Kabupaten yang dapat dialokasikan untuk mempercepat kegiatan tersebut. Sehubungan dengan itu, dimohon kiranya Pembangunan Sejuta Kantong Air dapat diusulkan anggarannya melalui Menteri Kehutanan Republik Indonesia.
B. Masalah
Dari hasil-hasil wacana yang dilakukan selama ini dapat disebutkan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana mendorong stakeholder dalam membangun kantong-kantong air untuk menambah persediaan air, mengingat musim hujan yang singkat hanya tiga bulan.
2. Bagaimana mempercepat pembangunan kantong-kantong air dengan sumber dana yang terbatas.
C. Sasaran
1. Pembangunan kantong-kantong air pada areal persawahan tadah hujan berupa dam penahan, dam pengendali, cekdam, Embung, Situ, Kalobeng.
2. Pembangunan kantong-kantong air berupa embung-embung, biopori, sumur resapan dilingkungan pemukiman.
II. POTENSI PEMBANGUNAN KANTONG AIR
Topografi Kabupaten Wajo dengan perbukitan rendah yang hampir datar berkisar 0 – 15 % seluas 228.018 ha, sangat memungkinkan pembangunan sejuta kantong air, dengan biaya murah bahkan sangat mungkin dilakukan dengan partisipasi masyarakat desa.
Budaya masyarakat wajo menampung air hujan dengan istilah “kalobeng”, yaitu menggali tanah seluas 2 – 5 m2 di sudut-sudut sawah dengan maksud menampung air hujan, memelihara ikan sekaligus menampung air untuk keperluan tanam palawija pada musim kemarau, dimana Kabupaten Wajo memiliki musim hujan yang pendek, hanya 3 bulan.
Partisipasi masyarakat dapat dibangkitkan melallui program “Life Skill Education Berbasis Komoditi Expor” yang diprogramkan baik oleh Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat untuk memanfaatkan kantong-kantong air.
Melalui program ini diharapkan ketrampilan petani masyarakat Wajo meningkat dalam hal penanganan produksi tanaman rakyat untuk memenuhi kebutuhan ekspor dengan mengandalkan bangunan kantong air di musim kemarau.
Pembangunan kantong air juga bertujuan mengelola tata air, seperti halnya hutan. Hutan dan kantong air memiliki persamaan dan perbedaan, sebagai berikutnya :
1. Persamaan
a. Mengurangi aliran permukaan
b. Mempertinggi daya resapan air
c. Cadangan air tanah di musim kemarau
d. Mencegah erosi dan banjir
2. Perbedaan
a. Fungsi optimal Hutan setelah tanaman hutan berumur 10 tahun
b. Fungsi optimal kantong air segera setelah dibangun
Munculnya ide Bupati Wajo membangun sejuta kantong air dilatar belakangi budaya masyarakat dahulu terutama raja-raja apabila mencari calon areal persawahan yang pertama dilihat adalah kemungkinan membangun umben atau Teppo yang selanjutnya oleh Belanda diberi nama Teppo Belanda dan Jepang bernama Teppo Nippong dan oleh Bupati Wajo, Drs. H. Andi Burhanuddin Unru, M.M diberi nama Kantong Air.
III. GAMBARAN UMUM DANAU TEMPE
A. Administrasi Pemerintahan
Menurut administrasi pemerintahan wilayah Danau Tempe mencakup tiga kabupaten dan tujuh kecamatan. Bagian danau terluas berada di Kabupaten Wajo yang terdiri dari empat kecamatan, yaitu Kecamatan Belawa, Tanasitolo, Tempe dan Sabbangparu. Kabupaten Soppeng terdiri dari dua kecamatan, yaitu Kecamatan Donri-donri dan Kecamatan Marioriawa. Bagian daerah yang tersempit berada di Kabupaten Sidenreng Rappang dengan dua kecamatan yaitu, Kecamatan Pancalautan dan Kecamatan Tellulimpoe
B. Letak dan Luas
Secara geografis Danau Tempe terletak antara 119053 dan 120004 Bujur Timur dan antara 4003 dan 4009 Lintang Selatan. Elevasi permukaan air Danau Tempe bervariasi antara ± 3 m pada musim kemarau sampai ± 10 m pada saat banjir. Luas ± 13.000 ha dengan kedalaman maksimum 5,5 m dan pada saat banjir luasnya dapat mencapai ± 30.000 ha.
C. Sungai
Danau Tempe merupakan tempat bermuaranya 13 sungai yang berasal dari berbagai daerah dan terdapat dua sungai yang besar, yaitu Sungai CenranaE dan Sungai WalannaE. Dari 13 sungai yang bermuara ke Danau Tempe, hanya Sungai CenranaE saja satu-satunya pintu keluar sebagai pembuangan ke laut yang panjangnya ± 60 km.
Data-data sungai yang bermuara ke Danau Tempe tersebut disajikan pada Tabel 1 sebagi berikut.
Tabel 1. Daftar Sungai-sungai yang Bermuara ke Danau Tempe
No. | Nama Sungai yang masuk | Letak |
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. | Sungai Walannae Sungai Menraleng Sungai Ujungkessi Sungai Labuangpakka Sungai Tokkade Sungai Lajokka Sungai Paddangeng Sungai Kawerang Sungai Batu-batu Sungai Bilokka Sungai WetteE Sungai Walla Sungai Paddang | Kab. Bone-Soppeng-Wajo Kab. Bone Kab. Wajo Kab. Wajo Kab. Wajo Kab. Wajo Kab. Soppeng Kab. Soppeng Kab. Soppeng Kab. Sidrap Kab. Sidrap Kab. Enrekang Kab. Enrekang |
D. Pola Pemanfaatan Lahan di Sekitar Danau Tempe
Pola pemanfaatan lahan disekitar Danau Tempe terdiri dari sawah, pemukiman, pertanian lahan kering dan penggunaan lainnya. Dari berbagai bentuk pemanfaatan lahan tersebut diatas, sawah merupakan bagian pemanfaatan terbesar. Luas sawah di sekitar Danau Tempe mencapai luasan 61.211 ha (BPS, 2003). Dari jumlah luas sawah tersebut seluas 21.362 ha atau 39,90 % sudah merupakan sawah beririgasi tehnis dan semi tehnis.
E. Pola Pemanfaatan Lahan di Kabupaten Wajo
Luas wilayah Kabupaten Wajo ± 2.506,19 km2 dengan luas kawasan hutan 25.141 ha, yang terdiri dari Hutan Lindung (2.541 ha), Hutan Produksi Tetap (17.150 ha) dan Kawasan Lindung (2.681 ha).
Lahan kritis di Kabupaten Wajo sampai dengan Tahun 2008 luasnya mencapai 27.977 ha, yang terdiri dari 9.260 ha dalam kawasan hutan dan di luar kawasan seluas 19.092 ha.
Sebagai gambaran pola pemanfaatan lahan di Kabupaten Wajo dapat di lihat pada Tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2. Pola Pemanfaatan Lahan di Kabupaten Wajo
No. | Pola Pemanfaatan Lahan | Luas (ha) | Keterangan |
1. | Sawah | 61.211 | |
2. | Kebun | 35.935 | |
3. | Padang rumput | 27.345 | |
4. | Tambak | 8.473 | |
5. | Kolam/Empang | 2.359 | |
6. | Lahan tidur | 11.675 | |
7. | Hutan Rakyat | 13.161 | |
8. | Hutan | 40.977 | |
9. | Perkebunan | 22.116 | |
10. | Tanah lainnya | 26.018 | |
11. | Rawa-rawa | 2.840 | |
Jumlah | 252.290 |
Sumber : BPS Kab. Wajo, 2008
Tabel 3. Luas Kelereng Per Kecamatan di Kabupaten Wajo
No. | Kecamatan | Luas (ha) | 0-2 % | 2-15% | 15-40% | > 40% | Keterangan |
1. | Belawa | 17,230 | 17,230 | - | - | - | |
2. | Majauleng | 22,592 | 20,417 | 2,139 | 36 | - | |
3. | Maniangpajo | 36,439 | 24,062 | 6,892 | 5,341 | 144 | |
4. | Pammana | 15,443 | 14,236 | 958 | 249 | - | |
5. | Pitumpanua | 54,916 | 36,270 | 2,967 | 6,705 | 8,974 | |
6. | Sabbangparu | 12,532 | 10,932 | 1,359 | 241 | - | |
7. | Sajoanging | 32,191 | 30,631 | 1,560 | - | - | sda |
8. | Takalalla | 39,989 | 37,088 | 2,901 | - | - | sda |
9. | Tanasitolo | 15,460 | 10,627 | 4,083 | 750 | - | |
10. | Tempe | 3,827 | 2,913 | 753 | 161 | - | |
Jumlah | 250,619 | 204,406 | 23,612 | 13,483 | 9,118 |
Sumber : Peta Data Base, 1998
IV. UPAYA-UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN
A. Perencanaan
Yang menjadi acuan dalam perencanan pembangunan kantong air dalam rangka penyelamatan air dan utamanya pendangkalan Danau Tempe adalah Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten Wajo sebagai penjabaran arahan dan kebijakan tata ruang berdasarkan Undang-undang Nomor 24 tahun 1991 Tentang Penataan Ruang.
Perencanaan pembangunan kantong air hubungannya dengan penyelamatan air dan utamanya masalah pendangkalan Danau Tempe sudah banyak sekali, namun selalu terbentur soal dana pelaksanaan antara lain Rencana Teknik Lima Tahunan Rehabilitasi Hutan dan Lahan, Rencana Teknis Tahunan Rehabilitasi Hutan dan Lahan, Rancangan Teknis Bangunan Konservasi Tanah dan Air antara lain Rancangan Teknis Dam Pengendali dan Dam Penahan dengan pemadatan tanah dan kedap air, Rancangan Teknis Sumur Resapan, Rancangan Teknis Embung yang disusun oleh UPT Departemen Kehutanan dan Pemerintah Kabupaten Wajo, dan Detil Design Pembuatan Check Dam oleh Departemen Pekerjaan Umum, yang menggunakan konstruksi beton.
B. Pengorganisasian
Stakeholder dan lembaga-lembaga lain serta LSM yang terlibat dalam upaya pembangunan kantong air dalam rangka penyelamatan air dan utamanya masalah pendangkalan Danau Tempe diorganisir oleh Pemerintah Kabupaten Wajo sesuai bidang tugas dan fungsi masing-masing, baik bekerja sendiri-sendiri sesuai fungsinya.
C. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan pembangunan kantong air dalam rangka penyelamatan air dan utamanya masalah pendangkalan Danau Tempe selama ini yang bersumber dari dana APBN maupun APBD berpedoman pada Keppres 80. Bangunan-bangunan konservasi yang didanai dari Departemen Pekerjaan Umum, dilaksanakan oleh Pihak Ketiga (Kontraktor), diantaranya pembuatan check dam. Pembuatan dam penahan, sumur resapan dan embung yang didanai oleh Departemen Kehutanan dilaksanakan oleh LPMD atau Kelompok Tani, sedangkan pembuatan dam pengendali dilaksanakan oleh Pihak Ketiga (kontraktor).
Sejak tahun 1995 sampai dengan 2008, bangunan konservasi dam pengendali yang sudah dibuat dengan biaya Departemen Kehutanan, sebanyak 17 unit diantaranya sebanyak 4 unit dikerjakan oleh Pihak Ketiga melalui proses pelelangan umum, dan lainnya dilaksanakan oleh LPMD.
Bangunan konservasi dam penahan yang sudah dibuat sebanyak 81 unit, yang dilaksanakan oleh LPMD. Selain itu, masyarakat secara swadaya sudah membuat bangunan-bangunan konservasi tanah dan air yang sederhana, di lingkungannya masing-masing.
IV. RENCANA KEGIATAN PEMBUATAN KANTONG-KANTONG AIR
Rencana pembangunan kantong air untuk mendukung penyelamatan air dan utamanya masalah pendangkalan Danau Tempe dalam rangka menunjang pembangunan yang berkelanjutan, maka Pemerintah Kabupaten Wajo berencana membangun sejuta kantong air. Melalui pembangunan sejuta kantong air akan meningkatkan persediaan air tanah dan permukaan tanah sehingga tanaman atau pohon mudah tumbuh.
Dampaknya Kabupaten Wajo akan bertambah hijau berarti ikut mendukung program Sul-Sel Go Green, surplus beras 2 juta Ton, 1,5 juta Ton Jagung dan Sejuta Ternak dan progrm global mengurangi dampak remisi rumah kaca yang menyebabkan bumi semakin panas.
Dalam rangka pemanfaatan sumber air dan lahan melalui pembangunan sejuta kantong air di Kabupaten Wajo, telah diidentifikasi potensi-potensi pembangunan embung, dam pengendali dan dam penahan serta rawa-rawa, danau atau sungai yang dapat menjadi sumber air tampungan di Kabupaten Wajo. Diantaranya telah memiliki rencana detil dan design bangunan. Kegiatan dan lokasi pembangunan dam penahan dan dam pengendali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar