Sabtu, 04 Juni 2011

Repormasi Persuteaan Alam Wajo
Kabupaten Wajo sejak tahun 50an terkenal sebagai penghasil sarung sutera dan sekarang menjadi salah satu pusat  pengembangan sutera di Sulawesi Selatan yang merupakan sentera pengolahan benang menjadi kain sutera dan kerajinan dengan hanya mengandalkan pasokan bahan baku benang sutera di daerah sekitar dan benang  impor China.

Persuteraan Alam merupakan seri kegiatan panjang mulai budidaya murbei sebagai pakan ulat sutera, produksi bibit telur ulat sutera, pemeliharaan ulat sutera sampai pemanenan kokon rangkaian seri ini disebut kegiatan Hulu dan rangkaian seri  selanjutnya adalah Hilir dengan kegiatan pemintalan kokon untuk benang dan penenunan benang menjadi kain sutera.
Perkembangan  kegiatan  sampai sekarang ini adalah  kegiatan Hilir lebih menarik minat para pemodal  karena  resiko kecil dan mendapatkan  keuntungan lebih besar namun lambat laun disadari juga terjadi ketergantungan    bahan baku dari luar setelah pasokan tidak lancar yang menyebabkan kekurangan benang sehingga alat industeri pertenunan menganggur.
Bertitik tolak dari sini para pihak mulai membina petani budidaya murbei untuk pakan ulat namun pada umumnya terjadi kegagalan panen akibat bibit telur. Dari kegagalan demi kegagalan panen kokon ditarik suatu kesimpulan bahwa bibit telur ulat dari luar tidak bisa menjamin keberhasilan akibat transportasi dan penyimpanan. Bertitik tolak dari kondisi-kondisi di atas maka Pemerintah Kabupaten Wajo mengambil suatu kebijakan yaitu Reformasi Persuteraan Alam Kab. Wajo. dengan terlebih dahlu berkonsultasi dengan pihak yang berwenang yaitu Balai Persuteraan Alam Sulawesi Selatan Bili-Bili.


Kebijakan ini berfokus pada penanganan bibit ulat telur oleh Pemerintah Kabupaten Wajo sebelum didistribusikan kepada Petani pemelihara ulat sutera.
Perinsip kerjanya adalah produksi sendiri bibit ulat telur lalu ditetaskan dan ulat instar I – III dipelihara terlebih dahulu selanjutnya disalurkan kepada petani. Hal ini berdasarkan analisa dan pengamatan lapangan bahwa penetasan telur dan pemeliharaan instar I-III sangat rentang resiko apabila dilakukan oleh petani.
Reformasi Persuteraan Alam ini lebih berfokus pada kegiatan hulu sehingga akan menampung tenaga kerja lebih banyak bila dibandingkan sebelum reformasi yang hanya bergerak dibidang hilir. Kegiatan hulu   sebagai penghasil kokon menjadi titik fokus pembinaan maka akan membutuhkan tenaga kerja lebih banyak sehingga akan menampung tenaga kerja perempuan yang lebih banyak. Selanjutnya kegiatan hulu akan mempekerjakan kaum perempuan utamanya pemetikan daun murbei, pemeliharaan ulat sutera, pengokonan karena kegiatan ini merupakan pekerjaan halus yang memerlukan ketelitian dan kesabaran.

Kesimpulan
Reformasi Persuteraan Alam Wajo berfokus pada kegiatan hulu memproduksi sendiri bibit ulat, menetaskan, memelihara ulat instar I-III, kemudian menyalurkan ke petani. Hasilnya menampung tenaga kerja yang lebih banyak, keberhasilan panen kokon lebih tinggi sehingga bahan baku benang sutera cukup untuk pertenunan kain sutera.












2 komentar:

  1. bagus juga tuch...buat kemajuan persuteraan wajo kedepan.semoga persuteraan alam wajo bisa bangkit dan tetap jaya.

    BalasHapus